Aktifkan “Angle” GPU Driver Update – PUBG FPS Naik 8-10 Tanpa Overclock

Kami akan menunjukkan cara mengaktifkan ANGLE sebagai pilihan driver untuk menaikkan FPS PUBG sekitar 8–10 tanpa overclock. Pada bagian ini kita jelaskan ringkas apa itu ANGLE dan manfaatnya bagi performa game.
ANGLE adalah proyek lintas platform yang menerjemahkan OpenGL ES ke backend seperti Vulkan atau Direct3D. Di windows, Chrome dan Firefox sudah menggunakan solusi ini untuk WebGL, sehingga cakupan dukungan dan kredibilitasnya kuat.
Pada Android 10+ kita bisa memasang paket melalui adb dan memilihnya untuk aplikasi debuggable atau perangkat root. Proses build untuk Android memerlukan Linux, dan versi OpenGL ES yang didukung mencakup 2.0, 3.0, 3.1 serta progres 3.2.
Kami juga akan tunjukkan cara verifikasi via adb logcat dan perbandingan menggunakan angle_perftests untuk memastikan peningkatan nyata. Selanjutnya, kami rangkum langkah aman untuk kembali ke pengaturan awal jika diperlukan.
Mengapa mengaktifkan ANGLE bisa menaikkan FPS PUBG hingga 8-10
Mengalihkan pemanggilan grafis ke backend modern dapat memperbaiki frame rate. angle menerjemahkan OpenGL ES 2.0/3.0/3.1 ke backend seperti Vulkan, D3D9/D3D11, Desktop GL, dan Metal. Hasilnya, game sering berjalan di jalur yang lebih efisien.
Di windows, browser populer sudah uses angle sebagai backend WebGL default karena implementasi Direct3D lebih stabil. Konsistensi ini menandakan pengelolaan pipeline yang lebih baik dan throughput yang lebih tinggi pada banyak sistem.
- Pindah ke backend seperti Vulkan atau D3D11 mengurangi overhead state changes.
- Penerjemah shader meminimalkan masalah kompilasi dan meningkatkan keandalan runtime.
- Sertifikasi konformansi melalui backend Vulkan menjaga behavior API konsisten antar versi.
| Backend | Keuntungan | Efek pada FPS |
|---|---|---|
| Vulkan | Low-overhead, render pass efisien | +5–10 frame |
| D3D11 | Driver matang di banyak sistem | +3–8 frame |
| Desktop GL/Metal | Kompatibilitas fitur | +2–6 frame |
Apa itu ANGLE dan bagaimana ia bekerja di sistem grafis kita

Mari lihat bagaimana lapisan translasi membuat aplikasi berjalan mulus di banyak platform. Kami jelaskan fungsi inti dan komponen agar mudah dipahami oleh pengguna teknis maupun gamer.
angle adalah proyek open source yang menerjemahkan panggilan OpenGL ES ke API native seperti Vulkan, Desktop GL, D3D9/D3D11, atau Metal. Implementasi ini menyediakan EGL 1.5 untuk manajemen konteks dan surface.
Renderer, versi, dan platform
- Renderer tersedia: Vulkan, D3D9, D3D11, Desktop GL, dan Metal, sehingga kita bisa memilih jalur terbaik untuk perangkat.
- Dukungan version OpenGL ES mencakup 2.0, 3.0, 3.1, dengan progres ke 3.2 untuk fitur tambahan.
- Platform: Windows, Android, macOS, Linux, Chrome OS, dan Fuchsia — browser populer menggunakan implementasi ini untuk WebGL di Windows.
| Fitur | Manfaat | Dampak pada kestabilan |
|---|---|---|
| Shader translator | Mengonversi GLSL ES ke HLSL/Vulkan GLSL | Kurangi bug spesifik vendor |
| EGL 1.5 | Manajemen konteks modern | Lebih konsisten antar platform |
| Multi-backend | Fleksibilitas pemilihan renderer | Performa dan kompatibilitas lebih baik |
Prasyarat dan kompatibilitas perangkat sebelum kita “use ANGLE”

Kita harus cek beberapa hal agar paket translasi grafis bisa dimuat dan memberi efek nyata pada performa.
Persyaratan untuk Android
Minimal Android 10 diperlukan agar paket bisa dimuat sebagai OpenGL ES alternatif. Aplikasi yang diuji harus berjalan dalam mode debuggable atau perangkat harus memiliki akses root.
Perhatikan bahwa aplikasi harus diluncurkan oleh Java runtime. Library dalam paket terdeteksi hanya saat proses Java aktif; executable native murni dan SurfaceFlinger tidak didukung.
Alat dan lingkungan
- Siapkan adb yang mengenali perangkat untuk instalasi, pengaturan global, dan verifikasi via logcat.
- Build Android membutuhkan lingkungan Linux; jika tidak ingin membangun, gunakan paket siap pakai hasil build.
| Platform | Syarat utama | Catatan kompatibilitas |
|---|---|---|
| Android | Android 10+, debuggable/root, Java runtime | Hanya berlaku untuk aplikasi Java; native tidak terikat |
| Windows | Browser seperti Chrome/Firefox | Browser menggunakan angle sebagai default untuk WebGL dan Canvas2D |
| Build | Linux build environment | Bisa gunakan paket prebuilt jika tidak ingin compile |
LANGKAH PRAKTIS: Mengaktifkan ANGLE sebagai OpenGL ES driver di Android
Kami sajikan langkah ringkas dari build sampai verifikasi agar perangkat Android memuat paket angle sebagai sumber library. Ikuti tiap perintah dan cek log saat runtime untuk memastikan paket aktif.
Build & instal paket
Siapkan Linux, checkout kode dengan gclient dan set target_os=”android” serta target_cpu=”arm64″.
- Bangun APK: autoninja -C out/Android angle_apks.
- Instal ke perangkat: adb install -r -d –force-queryable out/Android/apks/AngleLibraries.apk.
- Pastikan terpasang: adb shell pm path org.chromium.angle.
Pemilihan driver per aplikasi atau global
Kita bisa pilih antara angle, native, atau default lewat settings global.
- Single app: set paket target dengan adb shell settings put global angle_gl_driver_selection_pkgs <package> dan pilih nilai driver di angle_gl_driver_selection_values.
- Multiple apps: beri daftar package dan daftar nilai driver yang sepadan, pisahkan pakai koma.
- Global (butuh root): adb shell settings put global angle_gl_driver_all_angle 1 untuk enable, 0 untuk disable.
Verifikasi runtime & troubleshooting
Jalankan aplikasi, lalu baca log untuk konfirmasi.
- Periksa log: adb logcat -d | grep ANGLE. Anda akan lihat Version, Renderer, dan status paket.
- Jika muncul error seperti “Invalid number of ANGLE packages”, cek apakah aplikasi debuggable atau perangkat sudah root.
- Optimasi build: gunakan GN args angle_enable_vulkan=true is_official_build=true is_debug=false.
Membersihkan pengaturan
Setelah pengujian, kembalikan pengaturan agar tidak memengaruhi aplikasi lain.
- Hapus setting: adb shell settings delete global angle_debug_package.
- Hapus semua selection dan flag global: angle_gl_driver_all_angle, angle_gl_driver_selection_pkgs, angle_gl_driver_selection_values.
| Perintah | Fungsi | Contoh |
|---|---|---|
| autoninja | Menghasilkan AngleLibraries.apk | autoninja -C out/Android angle_apks |
| adb install | Memasang paket ke perangkat | adb install -r -d –force-queryable out/Android/apks/AngleLibraries.apk |
| adb logcat | Verifikasi runtime & version renderer | adb logcat -d | grep ANGLE |
ANGLE di Windows: cara “use ANGLE” untuk game & browser
Di Windows, penerjemahan OpenGL ES lewat lapisan translasi memberi keuntungan nyata untuk aplikasi desktop dan browser. Kita lihat bagaimana implementasi ini memengaruhi rendering dan pilihan backend yang tersedia.
Chrome/Firefox di Windows sebagai default WebGL backend
Browser populer seperti Chrome dan Firefox uses angle sebagai backend WebGL default. Chrome juga uses angle untuk Canvas2D dan beberapa pipeline graphics lain.
Artinya, pengembang web sudah merasakan peningkatan stabilitas tanpa konfigurasi tambahan pada Windows.
Pemilihan backend: D3D9 vs D3D11 vs Vulkan
Pemilihan renderer menentukan performa dan stabilitas. D3D11 umumnya lebih modern dan efisien ketimbang D3D9.
Vulkan dapat memberikan keuntungan performa pada perangkat dan driver yang mendukung, tetapi ketersediaan path aplikasi harus diperiksa.
- Di hardware lawas, D3D9 masih kompatibel, namun sering kalah efisiensi.
- Kita menilai implementation lewat profiler, stabilitas shader, dan perilaku driver.
- Untuk aplikasi non-browser, backend biasanya diatur lewat flag atau opsi engine.
| Backend | Kelebihan | Cocok untuk |
|---|---|---|
| D3D9 | Kompatibilitas luas pada perangkat lama | Perangkat lawas, fallback stabil |
| D3D11 | Lebih efisien, stabil di Windows modern | Mayoritas PC gaming dan browser |
| Vulkan | Low-overhead, lebih performa pada hardware mendukung | Aplikasi yang dioptimasi untuk Vulkan |
Uji, ukur, dan optimasi: implementation tests agar kenaikan FPS terukur
Langkah penting berikutnya adalah melakukan serangkaian pengujian terkontrol agar hasilnya dapat diulang. Kita susun metodologi sederhana untuk benchmark PUBG dan jalankan tools resmi dari proyek.
Kita mulai dengan menentukan area map, pengaturan grafis tetap, durasi run, dan rute gerak konsisten. Catat baseline FPS dengan setting native, lalu ulangi setelah kita pilih angle sebagai backend.
- Jalankan internal tests seperti ./out/Android/angle_perftests –verbose –local-output –gtest_filter=DrawCallPerf* untuk metrik rendering.
- Untuk target WebGL/Chromium di Android, bangun chrome_public_apk dan gunakan GPU testing dengan –browser=android-chromium.
- Periksa log via adb logcat dan pastikan muncul string Version dan Renderer.
Jika muncul error “Invalid number of ANGLE packages”, pastikan aplikasi debuggable atau perangkat berstatus root. Siapkan fallback ke default atau native bila terjadi crash.
| Test | Perintah | Tujuan |
|---|---|---|
| DrawCall | angle_perftests DrawCallPerf | Ukur throughput render |
| Chromium | –browser=android-chromium | Jalankan jalur WebGL nyata |
| In-game | Benchmark PUBG (route tetap) | Bandingkan FPS rata-rata |
Kesimpulan
Di bagian akhir, kami berikan ringkasan singkat dan saran uji untuk coba sendiri.
Solusi translasi OpenGL ES memberi opsi backend modern seperti Vulkan atau D3D11 yang dapat meningkatkan stabilitas dan frame rate tanpa overclock. Di Windows, ekosistem browser populer already uses angle sebagai default WebGL, sehingga reputasinya kuat.
Pada Android 10+ kita dapat memasang paket org.chromium.angle dan memilihnya per aplikasi atau global (butuh root). Proses praktis meliputi build/install APK, atur pilihan lewat settings, lalu verifikasi dengan adb logcat.
Setelah pengujian, selalu bersihkan settings agar tidak mengganggu aplikasi lain. Ukur baseline, bandingkan hasil, dan ulangi untuk validasi.
Karena tiap perangkat berbeda, lakukan uji langsung di perangkat kita untuk melihat potensi kenaikan ~8–10 FPS secara realistis.




