Kok Bisa 25 Anggota DPRD Ini Absen 90 Persen Tapi Dapet Gaji Full Tiap Bulan

Pernah merasa marah saat membaca berita yang bikin hati tidak tenang? Saya juga. Saat melihat data kehadiran yang timpang, muncul banyak pertanyaan tentang tanggung jawab publik dan tata kelola dana.

Dalam pengantar ini, kita akan menelusuri mengapa tingkat ketidakhadiran tinggi di lembaga perwakilan tetap berbuah pada penerimaan finansial yang utuh. Fokusnya adalah pada fakta yang perlu diverifikasi: kronologi rapat, kuorum yang tercapai meski kursi kosong, dan komponen pendapatan resmi anggota.

Artikel ini juga memetakan sorotan publik, peran Badan Kehormatan, dan wacana mengaitkan kompensasi dengan kinerja. Tujuannya bukan sekadar menunjuk, tetapi memberi pijakan data agar pembaca paham konteks kebijakan dan akuntabilitas.

Gambaran Umum: Fakta Mengejutkan Soal Absensi Rendah dan Gaji Penuh

Kondisi di beberapa daerah menunjukkan rapat tetap dilanjutkan meski banyak kursi kosong. Hal ini memicu pertanyaan terkait disiplin dan etika kerja wakil rakyat.

Publik seringkali kaget ketika kompensasi terus mengalir, sementara kontribusi nyata sulit dilacak. Transparansi daftar hadir dan notulensi menjadi kunci agar masyarakat bisa menilai kinerja.

Aspek Masalah Umum Dampak
Kehadiran Kursi kosong saat sidang Kepercayaan publik menurun
Transparansi Daftar hadir dan notulensi terbatas Penilaian kinerja tidak akurat
Akuntabilitas Sanksi jarang diterapkan Budaya formalitas berlanjut

Gambaran ini menyiapkan pembaca untuk contoh lapangan dan opsi kebijakan yang akan dibahas selanjutnya.

Data Lapangan di Sulsel: Paripurna Tetap Jalan Meski Banyak Kursi Kosong

Rapat paripurna di Aula BMBK, kompleks perkantoran Pemprov Sulsel, berlangsung Selasa siang 7/10/2025. Agenda utama adalah pemandangan umum fraksi atas Nota Keuangan dan Ranperda APBD Sulsel TA 2026.

Hadir 45 dari 85 anggota dprd; 3 berhalangan karena sakit dan 37 tidak hadir. Meski banyak bangku kosong, kuorum dinyatakan terpenuhi sehingga sidang dilanjutkan.

Pimpinan hadir lengkap: rapat dipimpin Wakil Ketua Rahman Pina dan dihadiri Ketua Andi Rachmatika Dewi Yustitia serta tiga wakil ketua lain. Kehadiran pimpinan dan Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi memberi bobot formal pada rapat.

Aspek Data Implikasi
Kehadiran 45 hadir / 3 izin / 37 tidak hadir Kuorum terpenuhi, partisipasi terfragmentasi
Waktu Siang (jam kerja) Ekspektasi disiplin dan produktivitas lebih tinggi
Agenda Nota Keuangan & Ranperda APBD TA 2026 Pengelolaan anggaran daerah ditentukan

Keterbukaan rapat untuk umum menambah tekanan publik agar mekanisme pengawasan internal mengevaluasi ketidakhadiran berulang. Temuan ini jadi dasar untuk menelaah aturan kuorum, etika kehadiran, dan sanksi yang perlu ditegakkan.

Berapa Sih Gaji dan Tunjangan Anggota DPRD Sulsel?

Rincian kompensasi menunjukkan bahwa tunjangan mendominasi struktur pembayaran lebih dari gaji pokok.

Berdasarkan data Sekretariat DPRD Sulsel, gaji pokok berada di kisaran Rp5–6 juta per bulan. Pos‑pos lain jauh lebih besar dan bersumber dari APBD.

Rincian pendapatan utama

Total estimasi realistic mencapai Rp50–70 juta per bulan. Semua dana ini berasal dari APBD, sehingga publik berhak minta transparansi.

Catatan penting

NTT di Tengah Polemik: Absen Saat Paripurna dan Sorotan Kenaikan Tunjangan

Di Nusa Tenggara Timur, kontroversi soal kenaikan tunjangan memantik protes saat forum paripurna berlangsung malam hari.

Pada sidang penutupan masa persidangan III 2024–2025 dan pembukaan masa persidangan I 2025–2026, Jumat malam 12/9/2025, tercatat 42 hadir dari 65 anggota dprd; 23 tidak hadir. Dua wakil ketua juga tidak hadir, namun sidang tetap dipimpin oleh ketua Emelia Julia Nomleni.

Pergub NTT Nomor 22 menaikkan tunjangan hampir 100%. Kenaikan ini memicu gelombang penolakan warga dan lima kali aksi demonstrasi selama masa persidangan.

Hadir pula Gubernur Melki Laka Lena dan unsur Forkopimda. Sekwan melaporkan rangkaian agenda penting: laporan reses, laporan Sekretariat, penetapan panitia kerja kode etik, dan pidato ketua.

Aspek Data Implikasi
Kehadiran 42 hadir / 23 tidak hadir Kuorum terpenuhi, partisipasi terganggu
Kepemimpinan 2 wakil ketua tidak hadir Sorotan terhadap komitmen kolektif
Respons Publik 5 aksi demonstrasi Kebutuhan kaji ulang kebijakan

absen dprd, dprd absen gaji full

Frasa yang viral itu menampung rasa jengkel warga ketika kehadiran berulang dipertanyakan, tapi kompensasi tetap berjalan normal. Publik butuh lebih dari sekadar judul; mereka ingin data yang bisa diverifikasi.

Setiap klaim soal ketidakhadiran perlu dipautkan pada daftar hadir resmi dan rekap keuangan. Kanal resmi dan akun lembaga seharusnya rutin memublikasikan update kehadiran agar warga tidak cuma mengandalkan potongan berita.

Masalah Bukti yang Diperlukan Tindakan
Kehadiran rendah Rekap daftar hadir per sidang Audit internal dan klarifikasi publik
Kompensasi tetap Rekapitulasi pembayaran dan regulasi Penjelasan aturan dan opsi koreksi
Persepsi publik Catatan notulensi dan dokumentasi Pembaruan rutin lewat kanal resmi

Dengan data yang jelas, masyarakat bisa menilai apakah masalah bersifat sistemik atau terbatas pada beberapa kasus. Pembahasan berikutnya akan mengurai aturan kuorum, peran penegakan disiplin, dan opsi koreksi insentif.

Apakah Rapat Tetap Sah? Memahami Aturan Kuorum Paripurna

Legalitas sidang bergantung pada kuorum, namun kualitas keputusan menuntut kehadiran yang bermakna.

Kuorum tercapai vs etika kewajiban hadir

Kuorum adalah ambang minimal agar sebuah rapat paripurna dianggap sah secara formal. Namun tercapainya angka minimal tidak otomatis menggantikan kewajiban etik tiap anggota.

Dalam praktik, beberapa forum melanjutkan sidang karena syarat formal terpenuhi. Meski begitu, peran representasi dan partisipasi aktif tetap bagian dari tugas wakil rakyat.

Aspek Keterangan Konsekuensi
Legalitas Kuorum terpenuhi sesuai aturan Rapat dinyatakan sah
Etika Kehadiran aktif dan kontribusi Menilai kualitas keputusan
Jam pelaksanaan Waktu sidang yang variatif Tidak mengurangi kewajiban hadir

Regulasi internal perlu memperjelas sanksi bagi yang kerap tidak hadir atau tidak berpartisipasi. Rapat yang sah idealnya efektif, inklusif, dan mencerminkan kerja kolektif — bukan hasil dari segelintir orang saja.

Peran Badan Kehormatan: Mekanisme Sanksi Jika Anggota Kerap Absen

Badan kehormatan berfungsi sebagai pengawal etika di parlemen. Lembaga ini menerima laporan, memeriksa bukti, dan memutus tindakan disipliner untuk melindungi integritas institusi.

Dari teguran hingga rekomendasi pencopotan

Proses penanganan bersifat berjenjang dan transparan. Langkah awal biasanya klarifikasi dan pembinaan.

Kolaborasi erat dengan sekretariat memastikan data kehadiran akurat. Keputusan dibuat atas dasar bukti, bukan asumsi.

Fase Tindakan Tujuan
Klarifikasi Pemeriksaan bukti dan panggilan klarifikasi Menentukan fakta sebelum sanksi
Pembinaan Teguran tertulis dan program pembinaan Perbaikan perilaku tanpa hukuman berat
Penegakan Pembatasan hak atau rekomendasi pencopotan Membangun efek jera dan mempertahankan marwah lembaga

Selain reaktif, badan kehormatan juga bersifat preventif. Mereka menyosialisasikan kode etik dan menanamkan budaya hadir aktif sejak awal masa sidang.

Suara Publik dan Konteks Media: Menguatnya Tuntutan Akuntabilitas

Sorotan warga terhadap praktik rapat tanpa partisipasi penuh menumpuk setelah rangkaian berita yang menyorot kursi kosong saat pengambilan keputusan penting.

Masyarakat kini meminta akses data yang jelas. Mereka ingin daftar hadir, agenda, dan tindak lanjut yang mudah dibaca dan diverifikasi.

Kanal resmi dan akun lembaga sebaiknya proaktif mengedukasi publik. Informasi tidak perlu muncul hanya saat isu memanas.

Komunikasi real-time pada jam kerja dan di luar jam kerja saat sidang malam juga penting. Ini mencegah kekosongan informasi dan rumor yang meresahkan.

Peran media tetap krusial sebagai pengawas. Namun institusi wajib melengkapinya dengan data primer agar penilaian publik berdasar bukti, bukan spekulasi.

Isu Aksi yang Diharapkan Hasil
Ketersediaan data kehadiran Publikasi daftar hadir tiap sidang Verifikasi klaim lebih cepat
Komunikasi publik Update real-time lewat kanal resmi Informasi tidak tersendat
Peran media Peliputan berbasis bukti Pengawasan lebih efektif

Dampak ke Kinerja: Rapat, Jam Kerja, dan Agenda Paripurna yang Tersendat

Rapat yang sering molor karena kehadiran minim memicu domino efek pada proses legislasi. Waktu untuk debat substantif mengecil, sehingga keputusan kerap dibuat terburu-buru.

Agenda penting seperti pembahasan RAPBD dan pembaruan kode etik berisiko diputus tanpa kajian matang. Akibatnya, pasal teknis tersingkap tanpa uji silang yang memadai.

Pengawasan terhadap eksekutif, termasuk kinerja bupati dan pemerintahan daerah, melemah saat forum evaluasi tidak dihadiri optimal.

Aspek Dampak Konsekuensi
Waktu rapat Molor dan dipersingkat Debat kurang mendalam
Pembahasan RAPBD Putusan tergesa-gesa atau tertunda Risiko kebijakan kurang akurat
Pengawasan Evaluasi bupati/pemda kurang tajam Akuntabilitas menurun

Transparansi Absensi dan Gaji: Cara Masyarakat Memantau

Publikasi data sidang secara rutin memberi fondasi bagi akuntabilitas. Ketika daftar hadir, notulensi, dan ringkasan keputusan tersedia, warga bisa menilai siapa yang berkontribusi dan kapan.

Publikasi daftar hadir, notulensi sidang, dan akun resmi lembaga

Lembaga sebaiknya menerbitkan daftar hadir per sidang berikut ringkasan materi dan keputusan. Notulensi yang rapi menampilkan siapa aktif berbicara, bukan sekadar hadir fisik.

Rekam jejak harus dipublikasikan di akun resmi dan arsip terbuka. Data historis yang lengkap membuat perbandingan dari waktu ke waktu mudah dilakukan.

Integrasi sanksi berbasis data absensi untuk memutus insentif buruk

Dashboard publik yang mengaitkan kehadiran dengan konsekuensi sanksi akan menutup celah kompromi. Mekanisme pengaduan berbasis bukti—video, risalah, dan daftar hadir—mempercepat klarifikasi tanpa prasangka.

Fitur Manfaat Contoh Implementasi
Daftar hadir per sidang Verifikasi kehadiran PDF & basis data terbuka
Notulensi terstruktur Melacak kontribusi Ringkasan pembicara per agenda
Dashboard kepatuhan Percepatan penegakan Indikator sanksi dan riwayat

Rekomendasi Kebijakan: Tautkan Tunjangan dengan Kinerja dan Kehadiran

Skema kompensasi yang menilai partisipasi aktif dapat menutup celah antara hadir formal dan kontribusi nyata.

Skema pay-for-performance mengaitkan komponen tunjangan langsung dengan kehadiran, partisipasi dalam rapat, dan capaian tugas terukur. Sistem ini memberi insentif jelas: yang berkontribusi lebih diberi penghargaan, yang sering tidak hadir dipotong sesuai aturan.

Skema pemotongan otomatis dan audit

Integrasikan absensi digital dengan pemotongan otomatis bagi yang tidak memberi alasan. Audit independen triwulanan meninjau konsistensi data dan sampling rekaman rapat untuk memvalidasi partisipasi nyata.

Peran pengawasan dan transparansi

Rekomendasi Tujuan Hasil yang Diharapkan
Pay-for-performance Selaraskan insentif dan kontribusi Partisipasi aktif meningkat
Audit triwulanan Validasi data kehadiran Kepercayaan publik naik
Dashboard publik Transparansi kinerja Verifikasi mudah oleh warga

Kesimpulan

Ringkasnya, sidang yang sah secara formal belum tentu mencerminkan kerja kolektif yang efektif. Fakta lapangan menunjukkan kuorum bisa tercapai meski partisipasi minim. Standar etik menuntut setiap anggota hadir dan berkontribusi tanpa pengecualian.

Ketika anggota dprd menerima kompensasi besar, publik berhak menuntut keterkaitan jelas antara performa, kehadiran, dan outcome kebijakan—termasuk pengawasan program bupati.

Perbaikan harus datang dari pimpinan dan ketua, dengan sanksi adil dan insentif tepat. Jika data hadir, rekaman sidang, dan ringkasan keputusan dipublikasikan, kontrol sosial berbasis bukti akan mendorong budaya hadir aktif. Dengan langkah tegas kali ini, legitimasi lembaga bisa pulih dan setiap kursi diisi oleh wakil yang siap bekerja melayani.

Exit mobile version